Seminggu Jadi "Inem" (Renungan Selama Libur Lebaran)

Lebaran Iedul Fitri 1429 tinggal menyisakan kenangan. Kebanyakan orang mudik pulang ke kampung halaman untuk bersilaturahmi dengan keluarga terutama orang tua tidak terkecuali para pembantu rumah tangga. Iedul Fitri kali kali ini aku dan keluarga berlebaran di Jakarta. Rencana mudik pulang ke kampung halaman terpaksa ditunda karena aku harus masuk kerja tanggal 6 Oktober sementara untuk tanggal itu aku gak kebagian tiket balik ke Jakarta. Ya akhirnya terpaksa mudik setelah itu agar gak bentrok dengan kepentingan di kantor.
Ditinggal pembantu selama mudik lebaran membuat kami cukup sibuk. Kami harus gantian menjaga anak kami yang masih berumur 8 bulan sementara yang lain mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, nyuci baju, nyuci piring, nyapu, ngepel dan lain-lain. Lumayan terasa capek juga, belum lagi waktu santai kita jadi tersita untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan seperti itu, yah daripada niru-niru gaya hidup orang kaya yang nginep di hotel selama gak ada pembantu, gak apa-apa lah capek sedikit, itung-itung olah raga dan berhemat sambil merasakan bagaimana rasanya jadi pembantu rumah tangga yang mengerjakan ini itu sendirian.
Seminggu jadi “inem” membuat aku sadar bahwa ternyata pekerjaan pembantu itu gak bisa dianggap enteng. Kita memang sangat membutuhkan tenaga mereka. Tapi kalo diinget-inget, berapa gaji yang kita bisa bayar untuk tenaga mereka, hanya sekitar 300-500 ribuan sebulan. Jumlah yang tidak terlalu banyak, bahkan kalo kita sekali belanja di mall saja mungkin kita bisa menghabiskan lebih banyak dari itu. Belum lagi kalo dibandingkan dengan jumlah yang harus dibayar jika kita nginep di hotel selama mereka pulang kampung, mungkin tagihannya bisa lebih besar daripada jumlah gaji yang kita bayar buat pembantu selama setahun.
Pantas saja jika Rasulullah saw menempatkan seorang pelayan yang miskin papa lagi lemah pada kedudukan yang layak. Beliau mengukurnya dari sisi agama dan ketakwaannya, bukan dari sisi status sosial dan kedudukannya yang lemah. Rasulullah saw telah memberikan pengarahan dalam memperlakukan pelayan dan pekerja, beliau bersabda:

"Mereka (para pelayan dan pekerja) adalah saudara kamu (seiman). Allah Ta'ala menempatkan mereka di bawah kekuasaan kamu. Berilah mereka makanan yang biasa kamu makan, berikanlah mereka pakaian yang biasa kamu pakai. Janganlah memberatkan mereka di luar batas kemampuan. Jika kamu mem-berikan sebuah tugas, bantulah mereka dalam melaksanakannya." (HR. Muslim)

Simaklah penuturan seorang pelayan tentang majikannya. Sebuah penuturan yang sangat mengagumkan dan pengakuan yang mengesankan serta pujian nan agung. Pernahkah Anda melihat seorang pelayan memuji majikannya sebagaimana pujian yang diberikan pelayan Rasulullah saw kepadanya!?"

Anas bin Malik Radhiallaahu anhu mengungkapkan: "Aku pernah menjadi pelayan Rasulullah saw selama sepuluh tahun. Tidak pernah sama sekali beliau mengucapkan "hus" kepadaku. Beliau tidak pernah membentakku terhadap sesuatu yang kukerjakan (dengan ucapan): "Mengapa engkau kerjakan begini!" Dan tidak pula terhadap sesuatu yang tidak kukerjakan (dengan ucapan): "Mengapa tidak engkau kerjakan!" (HR. Muslim)

Bukan hitungan hari atau bulan, tetapi genap sepuluh tahun! Jangka waktu yang sangat panjang. Yang penuh dengan suka dan lara, tangis dan tawa. Penuh dengan emosi jiwa dan pasang surut kehidupan. Ayah ibuku menjadi tebusannya, meskipun demikian beliau tidak pernah membentak atau memerintahnya. Justru sebaliknya, beliau memberikan balasan yang setimpal, membuat bahagia perasaan pelayannya, menutupi kebutuhan mereka beserta keluarga serta mendoakan mereka.
Demikianlah Islam mengajarkan pada kita untuk dapat menghargai pembantu. Mereka adalah bagian dari hidup kita yang sulit untuk dipisahkan, sehingga pantaslah kalau mereka mendapatkan penghargaan berupa kedudukan yang layak dalam keluarga kita tentu dengan catatan selama mereka berpegang teguh pada kalimat tauhid dan menjalankan agamanya dengan baik serta berlaku dan bersikap dengan cara yang pantas.




Comments

  1. good post.. ;)
    from http://www.rezafauzi.com

    ReplyDelete
  2. Baca inem jadi inget film jaman dulu hehe..
    Kalo ada lagu "rocker juga manusia", maka pembantu juga manusia. Sebenarnya simbiosis mutualisme alias saling menguntungkan. dan mereka lebih baik kita sebut karyawati kita.
    Nice post,bro. Semoga dibaca oleh mereka yang suka jahatin karyawati atau asisten RT kita.

    ReplyDelete
  3. wah..bagus tulisannya..,
    Pembantu layak jadi bagian dari keluarga, bukan sekedar orang lain yang dijadikan pesuruh..
    Apa yang dicontohkan Rasulullah saw adalah contoh bagi umat,

    ReplyDelete
  4. inget inem pelayan seksi....
    hehehehe....

    beres2 Rumah juga bisa diitung Olahraga...

    ReplyDelete
  5. @flowers : makasih ya komentarnya

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tujuh Amal Sang Hamba

Free Download MP3 - Murotal Sh. Sa'd Al Ghamidi

Pelajaran Di Balik Saat Kejadian Gempa Padang