Ibadah Puasa dalam Kacamata Maniak Bola

Ibadah puasa adalah ibadah yang istimewa. Bagaimana tidak, di Bulan Suci Ramadhan Allah memberi kesempatan yang luas bagi hambanya untuk dapat menimba amal sebanyak-banyaknya dan menghapuskan dosa yang telah dilakukan.
Dan Allah Berfirman.
"Artinya : Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui" [Al-Baqarah : 184]

Dari Abu Hurairah ra dari Nabi saw, (bahwasanya) beliau bersabda.
"Artinya : Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh iman dan ihtisab maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu" (Hadits Riwayat Bukhari 4/99, Muslim 759)

Pahala amal dilipatgandakan hingga 700 kali lipat seperti yang termaktub dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
"Artinya : Semua amalan bani Adam akan dilipatgandakan, kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat yang semisal dengannya, sampai tujuh ratus kali lipat.
Bersamaan dengan itu, Allah pun melimpahkan pertologanNya dengan menghilangkan hambatan terbesar manusia untuk beribadah yaitu Syetan sebagaimana sabda Rasululah saw :
"Artinya : Jika datang bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga [dalam riwayat Muslim : 'Dibukalah pintu-pintu rahmat"] dan ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu syetan" (Hadits Riwayat Bukhari 4/97 dan Muslim 1079).

Perumpamaan keadaan tersebut adalah pertandingan sepak bola antara dua tim bernama “Hamba Allah” dengan tim “Syetan/Iblis”. Dalam pertandingan tersebut seluruh pemain dari tim “Syetan”/Iblis” diikat tangan dan kakinya sehingga memberikan kesempatan kepada seluruh pemain tim “Hamba Allah” untuk memasukkan gol sebanyak-banyaknya tanpa ada kekhawatiran untuk kebobolan barang satu gol pun.
Tidak sampai di situ, setiap gol yang masuk ke gawang lawan dihitung di papan scoring dengan perhitungan berlipat ganda hingga 700 kali lipat. Dalam keadaan seperti itu, banyaknya gol yang bisa diciptakan sangat tergantung pada sekeras apa upaya setiap pemain dalam menciptakan gol dalam batas waktu yang ditentukan.
Sungguh sangat bodoh jika dengan kesempatan seperti itu, tim “Hamba Allah” hanya memenangkan pertandingan dengan skor biasa-biasa saja. Lebih celaka lagi kalau dalam keadaan seperti itu, tim “Hamba Allah” mengalami kekalahan, berarti sepanjang pertandingan seluruh pemain tim “Hamba Allah” menjebloskan bola ke gawang sendiri. Hal itu hanya bisa terjadi kalau pemain tersebut gila, sinting atau apa saja sebutannya atau paling tidak pemain tersebut sangat bodoh karena tidak tahu aturan pertandingan bahwa kemenangan baru bisa diraih jika bola dijebloskan ke gawang lawan.
Bayangkan saja kalau kita nonton pertandingan sepakbola, pasti kita berharap tim kesayangan kita menang besar walaupun tim yang dihadapi sangat tangguh apalagi jika tim yang dihadapi tidak memiliki kekuatan apa-apa. Jika sebagai simpatisan saja anda merasa kecewa jika tim anda kalah atau bermain seri, apalagi kalau anda adalah pemain itu sendiri, tentu anda akan sangat menyesali keadaan tersebut.
Sekarang bayangkan jika tim itu adalah anda sendiri atau keluarga anda dalam konteks menjalankan ibadah Ramadhan. Gol yang dicipatkan adalah banyaknya amalan yang anda lakukan dan sebaliknya gol bunuh diri adalah dosa yang kita kerjakan. Tanpa adanya syetan seyogyanya kita menjadi sangat mudah untuk melakukan ibadah dan mudah pula untuk menahan diri dari perbuatan dosa. Sebagaimana anda menjadi supporter pertandingan bola atau bahkan anda menjadi pemain, sudah seyogyanya kan jika anda juga senang jika anda dan keluarga anda menang besar di bulan Ramadhan dan sebaliknya anda pun harus merasa kecewa jika keadaan berjalan sebaliknya. Ketika semua hambatan dan godaan ditiadakan maka apa yang anda lakukan benar-benar menunjukkan barometer kualitas keimanan anda apakah anda dominan kepada sifat fujur (fasik) atau kepada sifat takwa. Beruntunglah siapa-siapa yang cenderung kepada kebaikan dan menyucikan jiwanya dan merugilah siapa-siapa yang cenderung kepada keburukan dan mengotori jiwanya.

Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (QS. Asy Syams : 8-10)

Di bulan Ramadhan ini pula Anda akan tahu apakah anda orang yang giat beribadah karena mementingkan kehidupan akhirat atau anda termasuk orang yang tenggelam dalam urusan dunia sehingga melupakan akhirat.

Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). (QS. An Naazi´aat : 37 – 41)

Oleh karena itu dalam kesempatan yang sungguh baik ini mari kita tingkatkan amal ibadah kita, jangan tenggelam dalam urusan dunia yang dapat melupakan urusan akhirat. Tinggalkan hal-hal yang tidak berguna apalagi yang makruh atau haram karena salah satu karakter seorang mukmin adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat. Isilah hari-hari dengan ibadah, jangan berlebihan dalam membelanjakan uang dengan alasan kita bergembira dengan datangnya bulan Ramadhan. Berhematlah karena Rasulullah saw juga berhemat di kala datang bulan Ramadhan agar bisa memperbanyak sadaqah. Contohlah apa yang dilakukan teladan kita yang mulia, perbanyaklah sodaqah, karena sadaqah membuat jiwa menjadi lapang dan terbebas dari sifat hubbud dunya (cinta dunia). Berdoalah sebanyak-banyaknya dengan penuh keikhlasan karena pada bulan suci ini Allah mengabulkan setiap doa. Sebagaimana sabda Rasululah Shalallahu 'alaihi wa salam:
"Artinya : Sesungguhnya Alah memiliki hamba-hamba yang dibebaskan dari neraka setiap siang dan malam dalam bulan Ramadhan, dan semua orang muslim yang berdo'a akan dikabulkan do'anya"

Dirikan shalat malam sebagai ibadah tambahan semoga Allah mengangkat derajatmu kepada derajat yang mulia.

Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (QS. Al Israa’ : 79)

Perbanyak membaca Al Quran karena bulan Ramadhan adalah Bulan diturunkannya Al-Quran sebagaimana firman Allah swt :
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al Baqarah : 185)

Bergegaslah untuk ber-I’tikaf pada sepuluh hari terakhir Bulan Ramadhan untuk mendapatkan Lailatul Qadar sebagaimana yang dilakukan Rasulullah saw. Hidupkanlah malam-malam tersebut sebagaimana kita menghidupkan malam-malam sepanjang putaran final Euro 2008. Rasulullah saw teladan kita selalu menghidupkan malam dengan ibadah terutama di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan seperti hadits yang diriwayatkan dari Aisyah Radhiyalahu 'anha.
"Artinya : Adalah Rasululah saw, apabila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencanngkan kainnya (menjauhi wanita - yaitu istri-istrinya - karena ibadah, menyingsingkan badan untuk mencarinya) menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya" (Hadits Riwayat Bukhari 4/233 dan Muslim 1174).



Comments

Popular posts from this blog

Tujuh Amal Sang Hamba

Free Download MP3 - Murotal Sh. Sa'd Al Ghamidi

Pelajaran Di Balik Saat Kejadian Gempa Padang