Renungan Menjelang Ramadhan 1429 H Usai

Selama bulan suci ini mungkin kita sering mendengar dari lidah para da'i, mubaligh, penceramah dan jargon-jargon yang ditulis di berbagai media bahwa bulan ramadhan ini adalah bulan penuh berkah di mana orang beriman diwajibkan berpuasa agar menjadi orang yang lebih bertakwa (QS. Al Baqarah : 183)
Namun pernahkah kita merenungkan apa saja yang harus ada pada diri kita selepas bulan yang penuh berkah ini usai agar dapat disebut sebagai orang yang bertakwa. Artinya selepas Ramadhan ini usai, ketakwaan seseorang harus bertambah karena seperti kelakar guru saya bahwa di bulan suci ini malaikat "bingung" untuk membedakan siapa di antara kita yang benar-benar takwa. Tiba-tiba saja banyak orang yang gak pernah baca qur'an jadi rajin baca qur'an bahkan sampai khatam. Sebelum Ramadhan gak pernah shalat subuh berjamaah di masjid atau bangun di waktu sahur dan shalat malam, di bulan ini jadi rajin shalat malam (shalat tarawih) dan bangun di waktu sahur untuk makan sahur dan kemudian shalat subuh berjamaah di mesjid.
Namun sayang, selepas ramadhan usai, semua kebiasaan baik itu kemudian berhenti begitu saja. Sepertinya jejak-jejak bulan suci tidak berbekas pada dirinya. Lalu apakah dengan demikian kita bisa disebut orang yang bertakwa?
Beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari bulan puasa terkait dengan ketakwaan adalah sebagai berikut :

  • Kita dilatih untuk bersabar menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa ataupun yang membatalkan pahala puasa. Dalam hal ini pelajaran yang bisa diraih adalah kebiasaan menunda untuk menikmati kesenangan jangka pendek untuk mendapatkan kesenangan jangka panjang (berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian). Ada semangat dalam puasa yang mengajarkan bahwa tekad yang kuat bisa mengalahkan kelemahan fisik. Selain itu, di bulan suci ini kita dilatih untuk menjadi orang yang bertakwa yang berkepribadian sabar dengan ciri pandai menahan marah dan mudah memaafkan.
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (QS. Ali 'Imran : 134).
  • Di bulan suci ini juga kita dilatih untuk konsisten yaitu benar ucapannya, benar perbuatannya dan benar perkataan hatinya. Orang yang bertakwa selalu selaras antara perkataan lisan, i'tikad hati dan perbuatannya, karena ucapan yang tidak disertai dengan perbuatan yang benar akan mengakibatkan kehancuran seperti yang sering dilakukan oleh beberapa pemimpin di negeri kita. Ucapan dan perbuatan yang benar tidak disertai dengan niat yang benar, juga tidak akan bermanfaat dan tidak mendatangkan kebaikan di sisi Allah swt.
  • Setelah perbuatan kita berubah di bulan suci ini menajdi lebih baik dari bulan-bulan sebelumnya, maka ciri selanjutnya yang harus dimiliki agar bisa disebut sebagai orang yang bertakwa adalah "qaanitin" yaitu orang yang tetap dalam ketaatan dengan meneruskan kebiasaannya yang baik di bulan puasa pada bulan-bulan berikutnya sebagai wujud ketaatannya kepada Allah swt.
  • Selama sebulan penuh kita dilatih untuk beribadah secara konsisten setiap malam shalat tarawih dan setiap akhir malam kita bangun sahur. Maka selepas Ramadhan usai, kebiasaan bangun di akhir malam diteruskan untuk kemudian diisi dengan shalat malam agar memperoleh apa yang dijanjikan Allah swt yaitu derajat yang mulia. Dan seperti yang pernah dibahas dalam postingan sebelumnya, kebiasaan shalat malam setiap hari dapat menyembuhkan berbagai penyakit baik penyakit jiwa maupun raga.


Comments

Popular posts from this blog

Tujuh Amal Sang Hamba

Free Download MP3 - Murotal Sh. Sa'd Al Ghamidi

Pelajaran Di Balik Saat Kejadian Gempa Padang